Kamis, 10 Maret 2011

Gaya Sang Pakar

Gaya Sang Pakar
oleh Yan Nurindra

Beberapa hari silam, seorang sahabat saya Mas Ikhwan Sopa mengatakan bahwa ia sempat membaca tulisan dari seorang pakar yang bernama ”Julia Maria Van Tiel”, tulisan ini membahas tentang Hypnosis dan Hypnotherapy. Dari informasi sahabat saya ini, saya kemudian melakukan ”googling”, dan memperoleh gambaran sementara siapakah kiranya pakar yang dimaksudkan oleh sahabat saya ini.


Yup betul sekali ! Ternyata ibu Julia Maria Van Tiel ini memang pantas disebut sebagai pakar, karena secara akademis beliau ini adalah seorang Doktor di bidang Antropologi Kesehatan dan kini ia bermukim di negeri Belanda. Julia Maria Van Tiel dikenal pula sebagai pakar persoalan anak yang bermasalah, dan ia menaruh perhatian besar, khususnya pada pendidikan anak. Beliau menerbitkan sebuah buku, yang berjudul ”Anakku Terlambat Bicara” (terbitan Prenada, 2007), yang merupakan intisari dari pengalaman dan pengetahuannya terhadap anaknya sendiri, yaitu Johan Flores, yang mengalami permasalahan, dan sebelumnya di-diagnosa sebagai anak yang mengidap Autis.

Dari ”googling” pula saya mengetahui bahwa Julia Maria Van Tiel ini selain seorang Doktor di bidang Antropologi Kesehatan, juga berlatar belakang pendidikan Kedokteran Gigi. Beliau ini pernah menjadi dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga.

Dengan profil kepakaran yang sangat meyakinkan ini, membuat saya semakin ”semangat” untuk melakukan ”googling” terhadap pemikiran-pemikiran beliau. Dimana selanjutnya saya memperoleh banyak tulisan yang ditulis beliau tentang pemikirannya dan pendapatnya terhadap berbagai hal yang kini sedang marak di Indonesia maupun di dunia, antara lain : NLP, Hypnosis & Hypnotherapy, Otak Tengah, bahkan juga ESQ (Arry Ginanjar).

Membaca berbagai tulisan dari Julia Maria Van Tiel, membuat saya memiliki keseimpulan (subyektif), bahwa beliau ini benar-benar seseorang yang memiliki pengetahuan luas, komprehensif, sehingga mampu merangkai dengan apik berbagai pengetahuan, mulai dari Psikologi Jung, Paganisme, sampai dengan fenomena New Age atau New Spiritual Movement yang kini banyak tumbuh di berbagai wilayah. Beliau ini juga ”sangat tampak” sebagai seorang Akademisi yang menjunjung sangat tinggi apa yang disebut sebagai koridor ilmiah, bahkan jika kita berbicara dari konsep polaritas, maka betul-betul beliau ini berada di sisi kutub yang dinamakan sebagai ”kelompok ilmiah” yang siap untuk menjaga ”Protocol” yang di-sakralkan di dunia ilmiah.

Untuk saya ini adalah suatu hal yang positif sekali, karena pertumbuhan dunia memang harus ”dijaga” dari berbagai sisi, dan salah satunya tentu dari ”frame” yang berisi mereka-mereka yang menamakan dirinya sebagai ”ilmuwan”.

***
Saya adalah salah seorang yang menaruh ”concern” tinggi terhadap perkembangan dunia Hypnotherapy Indonesia, khususnya agar Hypnotherapy dapat di-dayagunakan secara lebih ”benar” dan ”memberdayakan”. Saya memang bukan seorang Dokter, Psikolog, Psikiater, atau ilmuwan, tetapi saya ”merasa” bahwa fenomena manfaat Hypnosis, khususnya Hypnotherapy memang benar-benar nyata ada, minimal dari pengalaman empiris saya dalam ”membantu” mereka-mereka yang ingin ”memperbaiki diri” melalui metode ini.

Dan memang tidak dapat dipungkiri, seperti halnya pengetahuan apapun juga di dunia ini, termasuk pengetahuan-pengetahuan yang yang sudah dinyatakan sebagai ”sangat ilmiah dan dapat dipertanggung-jawabkan”, maka Hypnotherapy-pun pasti dapat menjadi ”pisau bermata dua”, alias berpotensi pula sebagai alat yang ”merusak”. Untuk itulah rasanya perlu dilakukan ”sesuatu” agar hal yang luar biasa ini benar-benar dapat ”dijaga” dan hanya dimanfaatkan untuk hal yang positif.

Untuk itulah saya bersama dengan banyak pihak, terutama para Hypnotherapist Indonesia, saling bahu-membahu, untuk memulai langkah panjang dalam ”membentuk” wajah Hypnotherapy Indonesia. Benar-benar suatu langkah panjang, dan tentang pekerjaan di banyak aspek, mulai dari pembentukan Konfederasi sebagai ”payung besar”, Kode Etik, sampai dengan berbagai standarisasi yang mungkin diperlukan. Ini bukan suatu gerakan bisnis, dan juga bukan suatu gerakan politik, tetapi hanya sebuah gerakan kemanusiaan yang justru dipelopori oleh orang-orang ”tidak ilmiah” dan orang-orang ”sederhana” yang memiliki visi yang sama untuk Indonesia berdaya !

Dalam perjalanannya (yang sulit) ini, gerakan ini secara perlahan mulai memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang relatif lebih ”kompeten”, mulai dari kalangan Dokter, Psikiater, Psikolog, Pakar Hukum, sampai dengan para pejabat di dunia kesehatan Indonesia.

Oleh karena itu saya sangat gembira ketika mengetahui ada seorang Pakar dengan pengetahuan yang luar biasa ini, yaitu Julia Maria Van Tiel, yang tentunya saya harapkan pengetahuannya dapat memberikan sumbangan kepada gerakan Indonesia berdaya ini. Dengan pemahaman beliau yang sangat luas, maka saya sangat yakin (tadinya) akan ada beberapa masukan yang akan membuat dunia Hypnosis & Hypnotherapy Indonesia akan lebih cepat untuk menemukan ”bentuk”-nya !

***

Sampai dengan suatu hari saya berkunjung di Facebook sahabat saya lainnya, yaitu Mas Agung Webe yang menulis ”note” dengan judul : ”Hypnosis Tidak Ilmiah”, dimana secara tidak saya sangka-sangka Julia Maria Van Tiel ini muncul juga memberikan komentar, dan tentu saja segera saya sambut dengan baik.

Tetapi sejak dituliskannya komentar awal oleh Julia Maria Van Tiel, saya secara subyektif menangkap nuansa yang ”berbeda”, yaitu nuansa permusuhan dengan metode Hypnosis & Hypnotherapy, dan ia mengatas namakan metode ilmiah.

Bagi saya yang awam dengan konvensi-konvensi di dunia imiah, menjadi agak bingung, terutama ketika seharusnya suatu diskusi harus lebih disikapi sebagai pertukaran informasi yang akan memperkaya kedua belah pihak, tetapi justru menjadi ajang untuk saling menjaga posisi masing-masing ! Benar-benar konsep ”polaritas” yang sangat ”barat” sekali !

Bagi saya pribadi, sama sekali tidak menaruh keberatan apabila Julia Maria van Tiel menyatakan bahwa Hypnosis & Hypnotherapy adalah ”tidak ilmiah” atau ”belum ilmiah” berdasarkan konvensi dan prosedur keilmiahan yang disepakati oleh para ilmuwan (Protocol, EBP, dsb). Karena saya sangat sadar bahwa ”ilmiah” itu adalah suatu terminologi yang berasal dari dunia barat, dan tentunya siapapun harus ”tunduk” terhadap konvensi yang ditetapkan jika sesuatu ingin pula dianggap sebagai ”ilmiah” ! 

Catat sekali lagi bahwa saya secara pribadi tidak pernah berkeberatan dengan label ”tidak ilmiah” atau ”belum ilmiah” untuk metode Hypnosis & Hypnotherapy. Justru ini yang menjadi dasar dari gerakan Hypnosis & Hypotherapy Indonesia, yang terus berusaha memperbaiki diri, sehingga dapat mendekati standar yang lebih tinggi, minimal standar yang sesuai dengan norma, budaya, dan etika Indonesia, jika ”keilmiahan” itu sendiri belum dapat disepakati sementara ini !

YANG SANGAT DISAYANGKAN :

Dari Diskusi yang berlangsung di ”Note” Mas Agung Webe, justru yang sangat saya sayangkan adalah lontaran kata-kata dari Julia Maria Van Tiel yang menurut pendapat subyektif saya adalah ”kurang etis”, dan seharusnya tidak pantas dikemukakan oleh seorang Pakar. Lontaran-lontaran ini antara lain :
”Jadi menurut saya penjelasan anda-anda itu yang suka ngaku bahwa hypnosis itu adalah ilmiah, ya embel gedhes saja semua... Wong asosiasi keilmuannya gak ngaku kok.”

Dimana versi lengkapnya adalah :

Tulisan Julia Maria Van Tiel :

Buat saya sih rasanya lucu banget melihat perkembangan terapi hypnosis di Indonesia wong semua asosiasi profesi keilmuan yang biasa menggunakan hypnosis selalu mengatakan bahwa hypnosis sebagai terapi supportif (alternatif) kok sampeyan pad...a menganggap ilmiah...Hanya karena banyak dipelajari oleh bidang kedokteran dan psikologi (dalam taraf penelitian yang sampai sekarang juga belum konklusif sebagai terapi utama. Hal ini karena teori yang mendasari untuk menjelaskan fenomena hypnose sendiri masih tidak jelas, penelitiannya juga sulit untuk dilakukan pengukuran, randomized orang penelitian sulit dibuat sehingga sulit dibuatkan kelompok double blind studynya).... Kok anda-anda malah ngaku2 sebagai hal yang imiah. Lucu tho?

Jadi menurut saya penjelasan anda-anda itu yang suka ngaku bahwa hypnosis itu adalah ilmiah, ya embel gedhes saja semua... Wong asosiasi keilmuannya gak ngaku kok.
Nanti kalau saya bilang halaaa.... wong gak ada EBP nya aja kok mau bilang ilmiah. Trs anda2 bilang: pokoknya kan bermanfaat.
Bermanfaat? Memang sudah pada ngitung ya risk and benefitnya secara neuropsikologi, psikiatri, psikologi, maupun fisiology nya? Hele...
***

Wow, saya sangat surprise, karena benar-benar jauh dari harapan semula, dimana saya pikir Julia Maria Van Tiel ini dapat mendukung gerakan kita, tetapi alih-alih mendukung, bahkan ia melontarkan hal-hal yang mencerminkan bahwa ia menganggap para pembaca di Facebook Mas Agung Webe ini adalah orang-orang yang berpendidikan rendah. Berikutnya dapat kita baca tulisan yang lain dari sang Pakar yang terhormat ini, yaitu :
“Buat saya kasihan saja saya pada masyarakat pengguna jasa ini, wong terapi2 buangan dipunguti para penjaja alternatif trs pada jualan mengatakan ilmiah.... padahal ketipu...”

Dimana versi lengkapnya adalah :

Tulisan Julia Maria Van Tiel :

Quate pak Yan: Saya jadi mulai memahami, kenapa pemerintah sering mengatakan tidak adanya "Link & Match" antara dunia Akademis dengan Terapan (riel) ? Lha yang akademisi sibuk terus dengan sesuatu yang dinamakan dengan "atas nama ilmiah", s...edangkan para praktisi di dunia riel sudah lebih jauh mengembangkan "sensory acuity"-nya untuk dapat menghadapi dunia dengan lebih berdaya !

Pak Yan Nurindra.

Mestinya sebelum anda bicara demikian, musti memahami dahulu bagaimana tata kerja ilmiah, dan etika ilmiah. Ini ada kode etiknya yang disebut Bioethica dan dipegang oleh dunia ilmiah seluruh dunia.
Mengapa dunia ilmiah tidak mau melansir yang tidak ada EBP nya kepada masyarakat adalah tanggung jawab dunia ilmiah kepada masyarakat untuk menjaga keamanan penggunaaan suatu metoda.

Sebelum latar belakang teori yang mendukungnya jelas (dalam hal ini teori yang mendukung penjelasan fenomena hypnose dalam kedokteran dan psikologi itu masih tidak jelas), jelas cara kerjanya (dalam hal ini hypnose masih tidak jelas secara neuropsychology, neurofisiologi, maupun neurobehaviour nya), maupun risk and benefitnya (sampai saat ini masih tidak bisa dipertanggung jawabkan risk and benefitnya sebagai akibat karena tidak bisa dijelaskan secara teoritis).

Karena itu semua, maka dalam dunia ilmiah sangat lambat mengembangkan hypnose ini sebagai tatalaksana terapi atau yang lain.

Dengan begitu prospek hypnose dalam dunia ilmiah itu juga kans nya kecil sekali. Karena itu sampai saat ini yang ada cuma penelitian kecil2an gak ada sponsornya (karena gak prospektif secara ilmiah), dan kurang menarik buat para ilmuwannya sendiri.

Jadi gak heran biasanya yang gak maju-maju dalam dunia ilmiah terus dipunguti diluaran oleh para alternatif2an buat dagangan. Contoh lain yang marak juga yaitu penggunaan neurofeedback, kok justru maraknya di luar ketimbang di rumah sakit atau universitas. Karena sudah ada position paper dari asosiasi profesi terapi neurofeedback bukan terapi utama, tetapi terapi alternatif dalam kedokteran. Sama posisinya dengan hypnsoe.

Buat saya kasihan saja saya pada masyarakat pengguna jasa ini, wong terapi2 buangan dipunguti para penjaja alternatif trs pada jualan mengatakan ilmiah.... padahal ketipu...
***

Sekali lagi saya sangat menaruh respek kepada pengetahuan dan kepakaran dari Julia Maria van Tiel ! Saya hanya ”menyayangkan” cara komunikasi dari beliau ini ! Kenapa ? Karena maksud dan tujuan Diskusi jelas-jelas menjadi ”tergeser” menjadi arena debat pokrol, sebab esensi diskusi menjadi tidak penting lagi, yang terjadi menjadi pertempuran yang semakin meluas antara kedua belah pihak, yaitu antara Julia Maria Van Tiel dan komunitas Hypnosis & Hypnotherapy Indonesia. Menjadi tidak penting lagi benar atau salah, karena kebenaran atau kesalahan selalu dapat ”dicari”, tergantung di kutub mana kita berada ! Sayang sekali !
***

Saya masih mencoba, kali ini menggunakan ”petunjuk” dari Julia Maria Van Tiel, tentang gudang informasi resmi yang ada di Google Scholar, tentu saja karena saya berada di pihak Hypnosis & Hypnotherapy, maka saya mencoba untuk mencari dukungan ilmiah positif terhadap metode ini (dan ternyata banyak sekali), antara lain saya menemukan suatu penelitian mengenai efektifitas Hypnotherapy dalam penanganan kasus IBS, dan saya menuliskan :

Tulisan Yan Nurindra :

Conclusion :

The published evidence suggests that hypnotherapy is effective in the management of IBS. Over half of the trials (10 of 18) indicated a significant benefit. A randomized placebo-controlled trial of high internal validity is necessary to establish the effectiveness of hypnotherapy in the management of IBS. Until such a trial is undertaken, this form of treatment should be restricted to specialist centres caring for the more severe forms of the disorder.

Dapat diikuti dengan membaca Link di :
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2036.2006.03028.x/full

Dan sang Pakar, tentu saja tetap bertahan di kutub-nya, dengan menuliskan,

Tulisan Julia Maria Van Tiel :

Soal Bowel syndrome.

Sampai saat ini bowel syndrome masih tidak diketahui penyebab pastinya karena itu masih tidak diketahui terapi drop of choice nya apa. Karena itu terapi bowel syndrome lebih banyak masuk ke terapi alternative. Lagipula b...iasanya hypnotherapy bukan untuk mengobati/menghilangkan bowel syndrome itu sendiri tetapi cuma bisa membantu mengatasi rasa sakit si penderita.
***

Sampai disini saya merasa sudah cukup untuk memutuskan tentang gambaran saya terhadap pakar yang bernama Julia Maria Van Tiel ini !
***

PENUTUP :

Sekali lagi ini bukan persoalan ilmiah atau tidak ilmiah-nya Hypnotherapy, tetapi lebih ke persoalan arogansi kepakaran

Hypnotherapy memang area yang membutuhkan waktu panjang untuk menemukan keilmiahannya, walaupun saat ini sudah diterapkan sebagai komplemen di beberapa RS Indonesia, salah satunya adalah di RSPAD Gatot Subroto, dipelopori oleh dr. Tubagus Erwin Kusuma, seorang Psikiater Senior dan Konsulen. Beliau ini juga merupakan bagian dari gerakan pengembangan Hypnosis & Hypnotherapy Indonesia, sekaligus dosen Hypnotherapy di FK Universitas Indonesia.
***

Saya akan akhiri Note ini dengan mengajak anda semua untuk sejenak melakukan regressi ke masa silam, tentang ”Tragedi Thalidomide”.

Thalidomide, obat buatan negara eropa ini (GrĂ¼nenthal, Jerman), mengakibatkan tragedi kemanusiaaan yang luar biasa, ribuan anak di berbagai belahan dunia lahir cacat !

Saya yakin bahwa Thalidomide dilahirkan dari serangkaian proses yang sangat ilmiah, dan telah memenuhi berbagai Protocol ilmiah.

Apakah para ilmuwan akan berlindung dibalik kalimat : "Ah itu kan hanya oknum yang melanggar Protocol"
Beranikah “Tragedi Thalidomide” ini disikapi sebagai "kegagalan" atas Protocol itu sendiri ?
***

Kehidupan riel bukan hanya sekedar kepakaran, pengetahuan yang tinggi, atau metode-metode ilmiah semata !

Kehidupan adalah soal mengelola ini semua dengan kebijakan !
Hargailah orang lain, walaupun orang lain mungkin ”lebih bodoh” dari anda !
Hargailah kepakaran anda ! Dengan berlaku bijak untuk menerapkan kepakaran ini !
Akhirnya semua terpulang kepada kita semua ............

Jakarta, 28 Februari 2011

Tabik,

Salam "Embel Ghedes"

Yan Nurindra

Note :

Eh, Bu Julia Maria Van Tiel kan bermukim di negeri Belanda ya ? Wah, saya berharap semoga beliau ini tidak terkena syndrom kolonialisme, sehingga memandang kita-kita ini seperti ”bumiputera” alias ”inlander” dari masa ratusan tahun silam, yang bodoh, tidak punya pendidikan, serta ”koppig” dan ”voor de oorlog” !